Kaisar Semesta

Kamis, 18 Maret 2010

Setiap hari Jumat, seharusnya aku harus semangat karena besok week end. Tapi akhir-akhir ini aku slalu ngerasa kalo aku ini smakin males ngapa-ngapain. Bawaannya pengen bengong terus, atau kalo nggak ke mal. Kemaren aku beli sepasang sepatu merk ternama dengan harga yang cukup miring, dan terpaksa harus utang mama lagi. Well, setiap nerima gaji di akhir bulan ada beberapa kewajiban yang harus aku penuhin. Diantaranya adalah bayar cicilan motor sampe tiga tahun ke depan. Dan sisanya, bayar utang! Huft! Aku nggak pernah henti ngayal kapan aku bisa bebas finansial dan bisa ngapain aja sesuka hati dengan uang itu. Tapi tanpa berbuat, lagi-lagi lamunan hanya sebatas aktivitas bodoh yang nggak ada gunanya. Aku pengen punya waktu yang bebas. Pengen punya penghasilan yang melimpah, dan menjadi bagian dari sejumlah kegiatan sosial. Selain itu aku pengen bisa nerusin kuliah, bila perlu sampe ke luar negeri. Mungkin sampe ke Oxford! Aku ingin lulus dengan predikat Summa Cumlaude setelah menyelesaikan program doktoral di singgasana ilmu itu. Lalu sebagai penyandang The Youngest of Best Graduate tersebut, aku ingin dipinang beberapa perguruan tinggi ternama untuk menempatkanku di posisi dosen dan mengajar mahasiswa intelek yang antusias dengan ilmu pengetahuan dan nggak sekedar menghabiskan kewajibannya sebagai mahasiswa yang disekolahin orang tua. Bagaimanakah rasanya hidup seperti itu? Apa aku nggak akan males lagi untuk bangun lagi? Aku tahu, sejumlah impianku itu terlalu utopis, dan rasa-rasanya hampir nggak mungkin terjadi. Tapi bila Tuhan aja menjajikan surga, yang katanya di sana penuh istana megah dengan butiran permata hingga batu musafir menjadi temboknya, lalu mengapa aku harus pesimis dengan cita-citaku? Bila ketidakmungkinan itu ada, berarti Tuhan juga nggak ada. Semua kemungkinan itu ada, tentu saja karena adanya Tuhan selaku sang pencipta. Jenghis Khan nggak pernah ada untuk menyatukan bangsa Mongol yang pecah belah dan menaklukan empirium terbesar dalam sejarah kalo nggak terlahir seorang anak yatim bernama Temujin. Bahkan seorang panglima perang yang dinisbihkan sebagai orang terkuat di dunia kala itu, hingga digelari Jenghis Khan yang artinya Kaisar Semesta, pernah ngerasain yang namanya menjadi tawanan perang. Itu berarti, dia pernah ngerasain yang namanya rasa takut, dan sulitnya mempertahankan hidup. Namun apa yang terjadi? Ketakutan dan sulitnya untuk terus hidup itulah yang membuat Temujin bangkit dan mengalahkan rasa takutnya, dan menantang segala kesulitan tersebut agar tetap hidup. Kadang aku berkesimpulan, orang-orang yang hidup dengan hukum rimba, malah mereka yang dapat menaklukan keadaan, membalikkan kenyataan, dan mewujudkan apa yang namanya kemustahilan. Sekarang aku tahu apa persyaratan yang harus dipenuhi seorang calon sukses. Hanya satu : Kesengsaraan.

0 komentar:

Scroll Up and dOwn

Sociofluid