Maha Cahaya

Kamis, 25 Maret 2010

Daun jendela yang tersibak membuat angin dengan mudahnya mempermainkan tirai yang meliuk-liuk. Menari-nari bisu pada sebuah petang kala langit membiaskan suram di seantero cakrawala. Lentera minyak tua yang karatan ikut bergerak-gerak dan apinya nyaris menjilati dinding kayu kamarku. Cahaya remang yang kekuningan kala minyak di dalamnya hampir kerontang, selalu berhasil menyamarkan rona wajahku yang sebenarnya dingin dan tak bersemangat.

Aku melihat ke luar, dan diam sejenak. Merasakan bunyi ombak yang seolah berteriak kepadaku, tentang apa itu ketegaran dan makna kehidupan yang sudah lama aku lupakan semenjak impianku mendadak lampus satu-persatu. Kudengarkan baik-baik bisik angin yang melantunkan suara adzan dan tibul tenggelam dari sebuah surau di ujung pesisir. Saat pera nelayan melayu menghempaskan segenap lelahnya pada shaf-shaf usang di dalam istana para pendoa sana.



Aku menghela nafas. Menghirup aroma laut ketika matahari telah sekarat. Ah, betapa romantisnya...kala aku ada di sana. Di salah satu shaf usang yang dihalangi hijab putih, bermanja-manja dengan pemilik samudera. Aku membatin. Andai aku bisa ke sana ... Adzan berganti iqamah. Aku bangkit lalu menutup rapat daun jendela yang semenjak tadi berderit dipermainkan angin. Sedetik setelah jendela terkunci, lentaraku mati. Aku didekap gelap. Pekat dan menganga.

* * *

“Bagaimana Hafsah? Sudah kau pertimbangkan masak-masak?”
Ibu menyelinap di bilik kamarku, menghentakku dari hening doa yang lirih keluar dari bibirku yang kelu. Lampu pinyak dari ruang tengah berubah menjadi siluet tajam yang menerobos lurus melalui celah pintu. Beliau memegang pundakku lembut, selembut sentuhan kasih seorang ibu yang seakan menanggung masalah hidup yang sama beratnya seperti yang sedang aku rasakan saat ini. Aku memegang tangan ibu di pundakku namun tak lantas menoleh dan menyeka satu-satu biji air mata dengan ujung mukena. Tidak! Aku tak ingin ibu melihatku menangis. Aku tak ingin beliau menyaksikan kerapuhanku yang kian runtuh hari demi hari.
”Hafsah bersedia dinikahkan dengan Zulki......”
Ibu tercekat, lalu duduk tepat di hadapanku.
”Benarkah itu Nak?” Bola mata ibu berkaca-kaca. Sayang, aku tak bisa melihat dengan jelas raut wajah piasku di sana.
Aku mengangguk pelan. Ibu memegang tanganku dan meremasnya kuat, seakan tak percaya dengan keputusan yang baru saja keluar dari mulutku.
”Sungguh Hafsah bersedia Bu...Hafsah bahagia bila ibu dan ayah pun bahagia. Itu janji Hafsah untuk kalian berdua...” tuturku begitu saja. Kalimat itu seakan terucap dengan sendirinya.
”Kami berdua? Bagaimana denganmu?” ibu dengan cepat membalik pernyataanku. Hatiku ngilu namun tak kuasa untuk meluapkannya. Aku tahu, dustaku akan menyenangkan ayah dan ibu. Dua orang yang teramat berharga tiada tara di sepanjang hidupku.
”Hafsah tahu apa yang Hafsah lakukan. Ibu tak perlu cemas...” ucapku sembari menatapnya dalam.
Saat itu juga ibu memegang kedua pipiku. Mengecupnya lalu mendekapku penuh haru. Kami berdua saling bertangisan. Ibu menangis bahagia, sedang aku menangis terluka.

(to be cont.)

Sekantung Embun


A time is the wises thing that God ever create. It’s run up slowly and bring a billion of incident which always hang on it without race and keep consistent on the rotation. Time is always true, calm, never hesitate, without exhausted and moving forward. Time is never compromise cause of it wisdom and have been exceeding of human patience. Time is always run well with quality beats quantity and the whole mystery, but sometimes it can kill anything that too regardless… Time is wise, so use it wisely too . . .

(Rosa Elvira)

Friend in need is friend indeed

Rabu, 24 Maret 2010

Sekantung Embun

Senin, 22 Maret 2010

...Learning by Doing...

My Sanctity

Here i was copied from "I'm Moslem and I'm Proud", taken from Facebook...And this statement are always influence me to keep proud of my choice about hijaab.



I am a Muslim woman
Feel free to ask me why
when i walk
i walk with my dignity

when i speak
i do not lie
i am a Muslim woman
not all of me you'll see

but what should you appreciate
is that the choice i make is free
I'm not plagued with depression
I'm neither cheated nor abused

i don't envy other woman
and I'm certainly not confused
Note, I speak perfect English
Et un petit peu de Francais aussie

I'm majoring Linguistics
so you need to speak slowly
i run my own small business
every cent i earn is mine

i drive my Chevy to school and work
and no, that's not a crime!
you often stare as i walk by
you don't understand my veil

BUT PEACE AND POWER I HAVE FOUND
as i am equal to any male!

I am a Muslim woman
So please don't pity me
For God has guided me to truth

And now I' finally free!

Deep Down Inside

Kaisar Semesta

Kamis, 18 Maret 2010

Setiap hari Jumat, seharusnya aku harus semangat karena besok week end. Tapi akhir-akhir ini aku slalu ngerasa kalo aku ini smakin males ngapa-ngapain. Bawaannya pengen bengong terus, atau kalo nggak ke mal. Kemaren aku beli sepasang sepatu merk ternama dengan harga yang cukup miring, dan terpaksa harus utang mama lagi. Well, setiap nerima gaji di akhir bulan ada beberapa kewajiban yang harus aku penuhin. Diantaranya adalah bayar cicilan motor sampe tiga tahun ke depan. Dan sisanya, bayar utang! Huft! Aku nggak pernah henti ngayal kapan aku bisa bebas finansial dan bisa ngapain aja sesuka hati dengan uang itu. Tapi tanpa berbuat, lagi-lagi lamunan hanya sebatas aktivitas bodoh yang nggak ada gunanya. Aku pengen punya waktu yang bebas. Pengen punya penghasilan yang melimpah, dan menjadi bagian dari sejumlah kegiatan sosial. Selain itu aku pengen bisa nerusin kuliah, bila perlu sampe ke luar negeri. Mungkin sampe ke Oxford! Aku ingin lulus dengan predikat Summa Cumlaude setelah menyelesaikan program doktoral di singgasana ilmu itu. Lalu sebagai penyandang The Youngest of Best Graduate tersebut, aku ingin dipinang beberapa perguruan tinggi ternama untuk menempatkanku di posisi dosen dan mengajar mahasiswa intelek yang antusias dengan ilmu pengetahuan dan nggak sekedar menghabiskan kewajibannya sebagai mahasiswa yang disekolahin orang tua. Bagaimanakah rasanya hidup seperti itu? Apa aku nggak akan males lagi untuk bangun lagi? Aku tahu, sejumlah impianku itu terlalu utopis, dan rasa-rasanya hampir nggak mungkin terjadi. Tapi bila Tuhan aja menjajikan surga, yang katanya di sana penuh istana megah dengan butiran permata hingga batu musafir menjadi temboknya, lalu mengapa aku harus pesimis dengan cita-citaku? Bila ketidakmungkinan itu ada, berarti Tuhan juga nggak ada. Semua kemungkinan itu ada, tentu saja karena adanya Tuhan selaku sang pencipta. Jenghis Khan nggak pernah ada untuk menyatukan bangsa Mongol yang pecah belah dan menaklukan empirium terbesar dalam sejarah kalo nggak terlahir seorang anak yatim bernama Temujin. Bahkan seorang panglima perang yang dinisbihkan sebagai orang terkuat di dunia kala itu, hingga digelari Jenghis Khan yang artinya Kaisar Semesta, pernah ngerasain yang namanya menjadi tawanan perang. Itu berarti, dia pernah ngerasain yang namanya rasa takut, dan sulitnya mempertahankan hidup. Namun apa yang terjadi? Ketakutan dan sulitnya untuk terus hidup itulah yang membuat Temujin bangkit dan mengalahkan rasa takutnya, dan menantang segala kesulitan tersebut agar tetap hidup. Kadang aku berkesimpulan, orang-orang yang hidup dengan hukum rimba, malah mereka yang dapat menaklukan keadaan, membalikkan kenyataan, dan mewujudkan apa yang namanya kemustahilan. Sekarang aku tahu apa persyaratan yang harus dipenuhi seorang calon sukses. Hanya satu : Kesengsaraan.

Antara aku, Einstein, dan Benjamin Franklin




Banyak pelajaran kehidupan bila kita mau membuka mata. Lalu apakah yang selama ini aku lihat?

Uang, cinta, harga diri, masa depan, rasa ingin dihargai, dan banyak hal yang ngebikin aku terlalu sibuk ngelamun untuk mikirin itu semua. Padahal tanpa aku sadari, itu hanya membuang-buang waktu aja. Aku udah menyia-nyiakan umurku terlalu banyak, hanya untuk merenungkan apa-apa yang belom aku dapetin, dan apa-apa yang ngbikin aku selalu down.

Terlalu banyak ’aku’ dalam duniaku. Terlalu banyak ketidakpuasan dalam diriku.

Setiap pulang ke rumah, yang aku liat cuma aku dengan segala keterbatasanku. Setiap kali ada di tengah-tengah euphoria, aku hanya liat aku yang slalu ngerasa sendiri. Benar-benar sendiri.

Lalu apa gunanya kekhawatiran itu?

Lagi-lagi, aku hanya bisa bertanya pada diri sendiri. Padahal aku udah tahu jawabannya.

Nggak ada gunanya.

Kenapa harus khawatir? Kekhawatiran nggak akan membawaku kemana-mana kecuali merasa selalu nggak bersyukur dengan apa yang aku miliki. Kekhawatiran membuat aku ragu untuk melangkah dan dia nyaris selalu menghantuiku.

Aku frustasi sama semua itu.

Tapi ketika aku nyoba untuk bangkit, aku malah bingung harus mulai dari mana. Nggak ada pilihan lain selain memulai lagi dari awal.

Kata pepatah, mempertahankan jauh lebih sulit daripada mengawali. Dan aku rasa, statement itu bener banget. Aku selalu pinter untuk membuat hal-hal baru. Tapi semua itu berakhir di tengah jalan dan nggak ada artinya.

Seperti beberapa hari yang lalu, saat aku sebelum tidur berkekad untuk bangun pagi. Bener. Besoknya aku bisa bangun jam empat subuh dan nglakuin aktifitas yang udah aku rencanain malamnya. Dan apa yang terjadi besoknya? Lagi-lagi aku terbangun di pukul enam dengan penuh penyesalan.

Apakah orang se ulet Benjamin Franklin pernah ngerasa nggak mood untuk bangun pagi? Apakah Eistein pernah ngerasa boring sama Fisika?

Aku rasa, aku perlu mencontoh semangat mereka yang nggak pernah down dalam rangka mewujudkan apa yang diyakininya.

Sekantung Embun

Rabu, 17 Maret 2010

Perubahan itu datang dari bawah ke atas.
Bukan dari atas ke bawah
(Barrack Hosain Obama)

Rahmatan Lil 'Alamin

Selasa, 16 Maret 2010

I have no idea to talking about . . .

Setelah perdebatan sengit dengan kawanan Donal Bebek, aku dan Wentje secara dramatis tiba-tiba jadi laper banget. Gimana nggak? Selama hampir 2 jam kita berdua setia nonton hujan campur petir persis di depan ruko, markas dari Donal Bebek nyebelin itu.

Setelah ngtem agak lama kita berdua sepakat untuk pergi ke salah satu mal. Itung-itung buat cuci mata walaupun tongpes. Nyampe sana, kita berdua yang terhitung sebagai cewek-cewek yang hobi wisata kuliner (terlalu basa-basi, singkatnya kami kelaparan) akhirnya nekat masuk ke restoran junk food dan mesen 2 porsi ayam goreng. Karena kursi yang tersedia di dalam penuh, akhirnya aku dan Wentje makan di luar di mana suasananya persis berhadapan dengan orang yang lagi lalu-lalang.

Waktu lagi asyik makan, mataku menangkap sosok bersahaja yang sangat mengagumkan. Dari raut wajahnya, sepertinya dia sebaya sama aku. Dia lumayan tinggi, bersih, dan enak dilihat.

Oh ya...dia bukan seorang cowok yang sibuk ngebawa kantong belanja milik pacarnya, atau anak-anak muda yang suka hang out di mal akhir pekan. Karena dia seorang Cleaning Service.

Bagi dunia kepenulisan, 1 kalimat terakhirku tadi kelihatan kurang 'pas' dan bisa jadi bahan kritikan oleh para pakar penulis. Kenapa aku ga nulis
"Karena dia hanya seorang cleaning service..."
Walaupun terbaca indah dan harmonik, tapi satu kata 'hanya' yang merupakan bumbu keindahan kalimat agar terdengar 'pas' itu terasa kejam dan diskriminatif buat aku.

Karena apa yang diperbuat sang Cleaning Service ini begitu mulia walau pekerjaan yang dia lakuin setiap hari (lagi-lagi tanpa 'hanya') menyapu dan mengepel lantai mal.
Itu pekerjaan yang seringkali berkonotasi rendahan.
Namun pada hari itu aku menyaksikan sendiri bagaimana cleaning service ini dengan giatnya serta sabar dan iklas mengepel lantai mal tanpa sedikitpun sewot lantaran setiap kali mengepel, sesering itu pula lantai yang dia pel diinjak-injak orang yang lalu lalang dan ngebuat dia harus ngepel lagi dan lagi.

Sebuah pengalaman berharga aku dapatkan dari si cleaning service tersebut. Yang wajahnya tetap ceria walau puluhan orang di mal itu mengotori lantai yang dipelnya berulangkali. Coba bandingkan sama aku yang misalnya lagi ngpel capek-capek, tapi dikotori gitu aja? Wah, bisa keluar tendangan Xena the Warrior Princess nih.
Semenjak itu aku berhati-hati banget menggunakan kata 'hanya' untuk menceritakan sebuah deskripsi tentang apa yang aku liat dan alami. Seperti kejadian di mal itu. Kata 'hanya' itu nggak adil dan membunuh jasa si cleaning service ini.

Mungkin dia bukan seorang mahasiswa yang sebentar lagi sarjana. Bukan juga seorang anak orang kaya yang terpelajar dengan didikan sopan santun yang tinggi. Namun kerendahan hatinya dan kesabarannya serta keikhlasan yang terpancar dari sinar wajahnya menempatkan dia barangkali begitu tinggi di hadapan Tuhan. Maka, aku dan semua orang rasanya patut belajar darinya. Karena ia lah sesungguhnya Rahmatan Lil Alamin....

Multilevel Marketing Part 2


Sayangnya, keesokan harinya aku ngga lagi nemuin motivasi dan semangat yg sama pada diriku yang rapuh ini (Letoy). Apalagi setelah ditakut-takutin Pepy, salah seorang sahabatku yang udah malang melintang di dunia MLM. Waktu itu dia berwasiat :
"It's up to you...Yang jelas aku ingetin yah, yang namanya MLM itu sama aja kamu kerja kayak pegawai. Karna kamu harus jualan produk kamu ke orang supaya modal kamu bisa balik...Iya kalo balik, kalo nggak....?"
Wew, setelah dipikir-pikir ada benernya juga.
Jadilah aku perang dingin sama Sopie dan agennya yang mirip donal bebek itu. Haaaaa,,mirip bgt dah :D





Singkat cerita, duitku itu ngga bisa ditarik lagi dengan alesan udah di omset menjadi satu paket produk yang aku sendiri ngga tau asal-usulnya. Sebel kan? Mana tuh donal bebek pake ngata-ngatain aku lagi dengan kalimat "Anda itu mencla-mencle...Baru kali ini saya punya investor macam Anda!!!". Wah! Cari penyakti tuh orang. Aku juga ngbales ngga kalah sengitnya
"Aku juga baru pertama kali nemu marketing yang NGGAK PROFESIONAL MACAM ANDA!!!"
"SAYA NGGAK MAU TAU!!! POKOKNYA UANG SAYA GIMANA PUN JUGA HARUS BALIK! TITIK!!!"
Entah mengapa, sejak saat itu aku jadi ikut prihatin sama nasabah Century...Mungkin perasaan mereka sama kayak apa yg aku alami juga kali yah. ..
Waktu itu, aku ngajak Wenche...Dia adalah sobat tempelku dan kehadiran kami seperti Rempeyek.



YA, keberadaan kami berdua bisa diibaratkan kayak rempeyek kacang ini...dan sulit terpisahkan (halah!)
Wenche juga ikut-ikutan emosi jiwa ngeliat Donal bebek yg suka ngotot kayak rentenir itu.
"Dasar DONAL BEBEK!!!"

"Emang barang yg udah dibeliin tuh apa aja?" aku juga ngga kalah ngotot.
"Apa aja Soph?" si Donal bebek balik nanya ke Sophie. Sophie garuk-garuk kepala...
"Yang aku inget sih ada odol dan..."
"HAH???? ODOL? Emang aku anak kost apa! Asal banget sih! Tu kan,,! Masa saya disuruh ngambil barang-barang ngga penting gitu? Lancang! Ini semua diluar persetujuan saya! Harusnya Mas kalo ngerasa profesional, konfirmasi dong ke saya sebagai investor! Jangan maen belanja aja! Walaupun peraturan tetep peraturan, Anda harus tetap mempertanggungjawabkan uang saya! Ini kelalaian An...."
"Sudah Mbak, cukup! Saya pusing!!!"

Andai Mama Tau

Kamis, 11 Maret 2010



Andaikan mama tahu, kenapa aku seringkali melawan beliau bahkan terlibat adu mulut yang sengit, itu karena aku sayang mama, bukan malah sebaliknya melawan orang tua.
Tapi ngga tau kenapa, saat berhadap-hadapan sama mama, lagi-lagi aku nggak bisa ngomong secara lugas "Aku ingin membahagiakan mama...itu aja...".

Seperti malam-malam yang lalu, lagi-lagi aku diomelin mama karena ketahuan jual hp.
"Buat apa lagi sih?" ujar Mama dengan nada suara tinggi. Tapi aku (lagi-lagi) nggak bisa bilang bahwa itu adalah 'pengorbanan'ku untuk menuju sukses. Aku tahu, walaupun umurku udah 21, tapi bagi mama, aku masih putri kecilnya yang terkadang masih harus dibimbing dan diberi pengarahan. Termasuk masalah cita-cita dan prinsip hidup.

Bagi mama, ngeliat aku setiap hari berangkat ke kantor jam delapan pagi dan pulang ke rumah jam lima sore adalah kebanggaan tersendiri. Orang tua mana yang nggak suka liat anaknya ber jas rapi dengan dandanan necis a la pegawai kantoran disaat banyak para sarjana di luar sana yang nasibnya masih terkatung-katung? Menurut mama, aku si anak perempuannya ini sudah pas dan pantas kerja kantoran. Nggak usahlah nyari-nyari kerjaan lain yang sekiranya nggak bisa aku handle dengan baik. Misalnya MLM ini.

Ya, mama bisa aja menilai secara objektif tentang langkah yang aku ambil. Tapi seharusnya mama ngebiarin aku dengan semua keinginan utopisku ini. Toh ini hanya persoalan hp. Mungkin aku baru akan ngerti maksud mama ketika aku jadi orang tua nanti. But please, tolong mengertilah Ma....Aku udah dewasa. Aku bukan Tika yang masih anak-anak. Aku juga punya mimpi tentang masa depan. Masa depanku itu nanti. Bukan ini, yang sedang aku jalani.

Aku tau, mama selalu ingin yang terbaik bagi putrinya. Mama senang ngliat aku tumbuh seperti remaja lainnya. Yang kebanyakan dari mereka nggak perlu susah payah ngejar impiannya. Ya mama, aku pun menyukainya. Tapi sayang, bukan itu yang selama ini aku rasain.

Aku hanya terlalu sering iri sama temen-temen jeniusku. Mereka semua mahasiswa, mereka pintar dan cerdas, mereka seperti merengkuh masa depan. Mereka kliatan selalu sibuk sama makalahnya, mereka terlalu sibuk sama semua organisasinya. Buatku, mereka mirip orang penting dan selalu punya banyak kesempatan untuk beraktualisasi diri seluas-luasnya. Mereka aktif di forum. Berdiskusi tentang HAM, tentang posisi dan peran mereka dalam masyarakat. Mereka keren. Dan aku sering ngebayangin menjadi salah satu bagian dari mereka...WAAAW! Tentu aku bisa berbuat lebih dari apa yang aku bayangin...

Ma, aku ingin punya kesempatan yang sama seperti mereka. Aku ingin jadi mahasiswa dan lulus sebagai sarjana. Aku ingin seperti Citra yang lagi kuliah di Belanda, atau Helza yang sebentar lagi MA. Aku ingin jadi Athena, sang dewi kebijaksanaan. Kadang aku juga ingin jadi seperti Stallin dengan semua ambisinya. Aku ingin jadi apa yang aku ciptakan dalam alam utopisku. Bahwa aku hebat, bahwa aku bisa menaklukan apa-apa yang seharusnya menaklukanku. Aku cuma ingin bilang, aku ingin menaklukan nasib yang seakan berjalan horizontal ketika aku bergerak vertikal.

Tiba-tiba aku teringat kisah nabi Yusuf as (the bless be upon him) yang dibuang saudaranya karena ia pernah bermimpi suatu hari akan menjadi penguasa. Mereka sebut ia sang pemimpi. Aku juga ingat kisah Barrack Hosain Obama sang presiden Amerika, ya menjadi presiden pun adalah impian masa kecilnya. Lalu aku juga ingat Ikal, salah satu tokoh novel kesukaanku Laskar Pelangi yang akhirnya bisa kuliah hingga S2 di Universitas Sorbone Prancis karena semasa kecil, dia melihat menara Eifel pada buku diary yang diberikan A Ling, cinta monyetnya.

Don't you think those like a MIRACLE?

Makanya aku setuju banget sana Nidji :

mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warna bintang di jiwa


menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta
kita di dunia selamanya

cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi
cinta lengkapi kita

laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

... . .




Multi Level Marketing Part 1

Minggu, 07 Maret 2010

Seharusnya hari minggu kemarin adalah hari terpanjang sekaligus terindahku sebagai 'one last holiday' dalam minggu ini sebelum senin yang sibuk. Sejak subuh aku udah berkutat dengan sebatang kemoceng maupun sapu ijuk untuk kerja bakti dadakan dan membereskan kamarku yang udah mirip gua hira.

Mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya : kerja bakti kok indah?

Tapi buat aku, ya tentu aja indah banget. Liburan kan ngga harus piknik ke pucak gunung Bromo buat nonton sunrise?! Liburan a la aku ya itu tadi, beres-beres rumah sambil bersenandung ria. Kamar bersih, dan hati pun senang.

Aku selesai dengan aktifitas indahku itu sampe jam 12 an siang. Maksud hati sebelum mandi, kayaknya manusiawi kalo aku istirahat sebentar alias tidur siang barang se jam sekedar untuk memulihkan tenaga yang berantakan.

Tapi baru dapet 10 menit, aku teringat sophie dan langsung sms dia
"Sov, jadi gimana? Duitku bisa dikembaliin?"
1 menit kemudian dibalas,
"Ternyata nggak bisa mbak...Uangnya mbak Ocha udah di omset alias di beliin barang..."
"WHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAATTTT?!!!!!"
"Kemaren, yang pas mba Ocha ke rumahku waktu mati lampu, barangnya udah ada. Tapi aku lupa bilang..."


Cut. Kalo mau aku terusin perdebatan sengit via sms di sini, sampe besok juga nggak bakal kelar. Singkatnya, seminggu yang lalu aku diundang oleh Sophie untuk gabung di sebuah bisnis MLM yang bonus dan prospeknya lumayan menjajikan. Boleh dibilang beda dan lain daripada yang lain dengan MLM kebanyakan. Dengan lugunya, aku tertarik dan menyetor uang sebesar lima ratus ribu rupiah. Persyaratannya bagi setiap member baru, dia harus memakai produk-produk perusahaan dengan membelinya seharga Rp 2.000.000 dan setelah itu dia baru bisa start dengan bisinisnya itu. Wow! Mendengarnya, aku lumayan depresi karena selama kerja, aku samasekali nggak punya tabungan dan menanggung penyesalan paling bodoh karena selalu tergoda untuk shopping barang2 ga penting.
Dengan sedikit maksa dan kenekatan stadium tinggi, aku ngejual handphone hasil keringatku untuk bisa memenuhi persyaratan member MLM tersebut. Kasian yah aku :( ?

Saat pertamakali make hp yang mirip Blackberry, di saat semua orang banyak yang udah pake bb betulan, perasaanku seperti tertolong dengan benda 'imitasi' itu. Lagi-lagi hanya karena virus 'trend' aku dan banyak orang lainnya terpaksa harus menipu diri sendiri agar terlihat sama dengan orang lain, ketika kami belum mampu membeli yang asli. Miris banget bukan?

Ya, aku ngejual hp merk cina titisan bb itu dengan sedih karena harganya yang desperate dan anjlok abis. Hape ber casing pink itu cuma laku terjual separuh harga aslinya. menyakitkan! Sementara aku membelinya dengan puasa dua bulan terlebih dahulu. Tapi yang ada di benakku waktu itu hanya sebuah sugesti optimistis "Kalo aku udah sukses, jangankan Blackberry, I Phone atau Sidekick pun pasti bisa aku miliki!!!"

Besoknya, aku menyerahkan uang itu sama Sophie sambil berusaha ngelupain jauh-jauh, segala kenangan indahku dengan hp ku itu. 400 foto narsisku, dan 160 an lebih track MP3 yang ada di dalamnya.
"Bintang 2..." kataku. Sophie buru-buru meralat.
"Yah, kalo bintang 2 kelamaan Mbak..Skalian bintang 3 gitu lho. Bintang 2 hanya akan menunda kesuksesan Mbak..." aku sadar, Sophie udah latah sama gaya bicara para marketing seniornya.
"Aku cuma punya uang segitu Soph..Belom gajian nih..Masih lama."
"Nggak masalah....Nanti bisa diatur...Mbak Ocha tetep aku daftar sebagai bintang 3 tapi Mbak juga harus cicil sisanya yang 1.5oo.ooo itu. Deal? Bonus per orang yang Mbak rekrut 500.000 ribu lho..."
Karena Sidekick dan Jeep Wrangler udah mendominasi otak warasku sejak lama, tanpa pikir panjang aku menyanggupinya. Dan pulanglah aku dengan perasaan yang serba optimis bahwa aku bakalan jadi orang sukses suatu saat nanti. Mungkin salah satunya dengan ikut MLM ini.

Malam meraba, aku semaking ngerasa kehilangan (kayak apaan coba? :D ) Tiba-tiba aku kangen banget sama hp ku, palagi sama semua foto narsis koleksiku dan juga lagu-lagu keren yang aku download gratis susah payah lewat internet. Tapi lagi-lagi aku inget Sidekick dan Jeep Wrangler, dan akhirnya aku pun bisa menepis semua kerinduanku itu (weleh-weleeeh...)

'Keisengan' Tuhan

Tuhan suka sekali, dengan sengaja mengagalkan rencana maupun usaha manusia untuk melihat sejauh mana keseriusan manusia itu dalam menggapai impiannya. Dia baru akan meluluskan hambaNya jika sang hamba sesering itu pula melawan kegagalannya.

Insomnia

Kamis, 04 Maret 2010

Pagi ini aku bangun pukul tujuh kurang seperempat, di mana waktu tersebut adalah bukti 'kemalasan' seorang anak gadis yang bangun kesiangan tanpa menunaikan sejumlah kewajiban seperti shalat subuh, beres-beres rumah, hingga ngbantu mama nyiapin sarapan. Walaupun kelihatannya aturan tersebut sangat klise dan so yesterday (bahkan ahmpir expired dalam dunia anak muda yg hampir kehilangan sisi displin waktu) tapi aturan tersebut dalam keluargaku adalah sebuah rutinitas yg haram hukumnya untuk dilanggar. Tapi kenapa aku bisa bangun dengan tenangnya dan tanpa rasa berdosa. Lagi-lagi dalam hati aku berikrar :

"Besok aku harus bangun jam empat subuh TET!"

Aku sering baca artikel character building di majalah, bahwa kredibilitas seseorang dalam mengadakan perbaikan bagi diri sendiri salah satunya adalah konsisten, walau komitmen yg dibuat dengan diri sendiri itu suatu hal kecil. Termasuk ikrarku dalam hati di atas.
Daaaaan, aku berhasil melanggarnya.

Endless Dream

Ciri-ciri pikiran yg bebas stress dan kondisi tubuh yg sehat salah satunya adalah tidur tepat waktu. Misalnya jam sembilan malam. Tapi hey! Itu basi. Karena aku punya waktu tidur yg aku buat sendiri tanpa patokan pakar kesehatan tersebut. Yaitu selepas isya, alias setelah waktu shalat isya..Ya, biasanya aku udah matiin lampu di jam setengah delapan malam dan tidur dengan perasaan damai walaupun setumpuk piring kotor bekas makan malam masih menunggu di dapur. Bukankah ini lebih sehat? Atau aku nya aja yg ngawur?

well, yang jelas semalam aku tidur lumayan larut. JAM SEPULUH!!!!!
"Helloooo,, jam segini udah tidur? Banci aja blom berangkat kaleee!"
Ya, beberapa sobat sering ngejek aku begitu. Tapi terlepas dari ejekan mereka, ada sejuta alasan kenapa aku bisa tidur selarut itu?

"APA?????"

(to be continued)

no title

Queeny Extreme of Me itu hnya kesalahan posting waktu mau nambah gadget di setting template...waktu mo bikin flash foto, qu nyoba2 pake flicker tp nge click 'everyone'...walhasil yg nampang malah foto2 orang bukannya fotoqu yg aku up load...sampe detik ini aku blom nemuin widget yg pas buat gantiin flicker photo flash itu...so, masih browsing widget2 lucu buat ditampilin ^^'.

Hari Pertama

Rabu, 03 Maret 2010

Sebenernya, ini bukan kali pertamaku nulis blog. Dulu aku juga sempet punya blog tapi jujur aku masih terlalu gaptek untuk menuliskan postingan selanjutnya saat aku memulai lagi ngbuka blog dari halaman dasbor.

Nggak seperti Friendster atau facebook, pertama blogging, aku cukup menghabiskan banyak waktu di depan komputer untuk memikirkan
"setelah ini trus gimana?"
begitu seterusnya sampe aku ngerasa bosen dan akhirnya jarang lagi 'menyambangi' akun blogku yang lama. Bahkan passwordnya aja udah lupa.

Itu alesan pertama untuk menyamarkan kemalasanku kenapa tiba-tiba berhenti nulis blog. Yang kedua, tentu saja karna aku nggak percaya sepenuhnya sama kecanggihan IT bernama internet ini. Bukannya GR, tapi aku nggak mau aja kalo misalnya salah satu artikel atau puisi yang aku bikin dengan mengerahkan seluruh perasaan melankolis itu di copy paste sama pembaca blogku.. Ya, blom apa-apa, sebuah prasangka negatif (dan memang selalu terbukti) selalu mengulur-ulur bahkan mengagalkan visi misi ku. Padahal belum tentu juga terbukti benar.

Dan hari ini, untuk pertamakalinya aku dengan sadar 'curhat' di blogku sendiri.

Down Wanted

Senin, 01 Maret 2010


It took me a long time and most of the place to learn what I know about love and fate,and the choices that make.

But the heart of it came to me in an instant,while I felt down to nothing and being 'tortured'. I realized,somehow, through the screaming of my mind,that even in that shackled,bloody, helplessness,I was still free: free to hate the man who torturing me,or to forgive him! It doesn't sound like much,I know.

But in the flinch and feel of darkness,when it's all you've got that the choice you make between Hating and Forgiving,can become the story of your life.

Seemed that I should have a darkness for the down to come.


hOw I fEeL Like a cLoud tHaT hoLds a LoT oF RaiN...

Lelaki yang dirindukan bidadari


“DemiNya, qu tinggalkanmu sementara…
Walaupun diri ini sukar melupakanmu,,
Namun apalah daya, antara engkau denganNya..
Dialah segala-galanya…
Biarlah kita berpisah dahulu, membawa harapan masing-masing menggapai cita-cita …
Bila tiba saatnya,,kita pasti bersua...
Di saat aku bersedia menerimamu, sebagai teman hidupku....”


“Hendaklah jangan kamu menilai lelaki yang soleh itu hanya dengan melihatnya di masjid saja, namun hendaklah kamu melihat bagaimana muamalah dia ketika berurusan dengan orang lain”
(Umar Bin Khatab)


Lelaki yg dirindukan bidadari, adalah dia yang senantiasa menundukan pandangan ketika melihat seorang akhwat. Adalah dia yg jantungnya tetinggal di shaf-shaf masjid. Adalah dia yang tenggelam dalam sujud di tengah malam yang qudus. Adalah dia yg haus ilmu dan tuhannya. Adalah dia yg dalam senggangnya senang berlafadzkan Al Qur’an dan bershalawat kepada rasulnya.


Adalah dia yg mencintai lagi berbakti pada ibu bapanya. Adalah dia yg mampu meredam amarahnya dan tak suka membentak. Adalah dia yg delalu mengingat mati sehingga ia senantiasa berkoreksi diri. Adalah dia yg selalu mengenang kebaikan org lain dan melupakan kesilapannya. Adalah dia yg gelisah karena mengingat keburukannya. Adalah dia yg dikagumi karena amal dan tingkah lakunya. Adalah dia yg diam dan mendengar ketika seseorang bertutur padanya. Adalah dia yg bersabar dan ikhlas dalam mengemban tanggung jawabnya. Adalah dia yg suka bersimpati kepada orang yg ditemuinya. Adalah dia yg tangguh dalam bekerja keras dalam menggapai cita-citanya. Adalah dia yg teguh pendiriannya. Adalah dia yg menjunjung kejujuran walaupun getir baginya. Adalah dia yg resah bila belum menepati janjinya. Adalah dia yg istiqomah dalam merajut tangga menuju Jannah sesudah matinya. Adalah dia yg terpuji tutur kata maupun budi bahasanya, walau terkadang tegas tanpa irama. Adalah dia yg mengalah demi kebaikan. Adalah dia yg suka tersenyum dan gemar bertegur sapa dengan salam kepada orang yg berjumpa dengannya. Adalah dia yg ringan tangan dan peduli pada sekitarnya. Adalah dia yg senang mengobarkan semangat kepada para sahabat karibya. Adalah dia yg pandai menyenangkan hati orang yg berada di dekatnya.


Adalah dia yg bersyukur dalam setiap hela nafasnya. Adalah dia yg merindukan jihad fi sabilillah. Adalah dia yg rajin berderma. Adalah dia yg fasih berzikrullahnya. Adalah dia yg tak lena oleh pujian. Adalah dia yg tak suka berhutang budi. Adalah dia yg rela meringankan beban orang lain. Adalah ia yg berlapang hati saat usahanya masih berbuah gagal. Adalah dia yg senantiasa meluaskan hatinya kala tertimpa musibah. Adalah dia yg amat takut mencintai mahluk melebihi khaliknya. Adalah dia yg hidup untuk maaf memaafkan. Adalah dia yg malu karena menyia-nyiakan waktu. Adalah dia yg tak mau bergantung pada orang lain.


Adalah dia yg berani berkata ’tidak’ untuk keburukan yg tersamar indah buah saga. Adalah dia yg mau berkorban demi orang yg dicintainya. Adalah dia yg selalu memanjatkan doa di setiap lakunya. Adalah dia yg senantiasa merapatkan silaturahimnya. Adalah dia yg percaya diri dan menghias dirinya dengan iman dan taqwa. Adalah dia yg bijak menghadapi masalah dan berserah kepada Illahi Rabbi semata. Adalah dia yg bergegas dalam pertaubatan saat merasa dirinya tersapu khilaf. Adalah dia yg setia mengenggam cinta setulus ia menanti gadis pujaan hatinya. Adalah dia yg mengagumi dengan memuji yg tak melenakan. Adalah dia yg menghujani sang dambaan hati dengan doa-doa maupun puisi-puisi Rumi dengan malu-malu dan berhati-hati. Adalah dia yg rendah hati dan pantang mnyombongkan diri. Adalah dia yg penuh semangat, walau hidupnya terbentang aral rintangan yg berat. Adalah dia yg menabung harapan dengan ikhtiar dan keyakinan. Adalah dia yg menyatakan cinta bukan dengan rayuan dan dusta, melainkan dengan mahar. Meminang sang kekasih hati disertai kesungguhan tiada tara.

Di atas pundaknyalah, semua amanah dipikul. Di bawah naungan dan cintanyalah, ayat-ayat kehidupan mengalir untuk wanita shalehah yg setia penuh kasih sayang dan pengabdian akan berlindung padanya, hingga Izrail memisahkan mereka sebelum perjumpaan yg kekal di tepi sungai Kautsar. Dalam naungannya akan tumbuh generasi-generasi ikhsan dan fathonah yg akan menjunjung cinta kasih ibunya, dan meneladani kegigihan bapanya dalam meraih ridho Al Malik.

Laki-laki yg menjadi perisai tauladan bagi keluarganya dan keluarga yg akan dibangunnya di kemudian hari, Laki-laki yg menjamah kehidupan dengan nas-nas ilahi dan keshalihan yg istiqomah, dialah laki-laki yg dirindukan bidadari…


Peoples often do mistakes on Cinta because of the way they define cinta itself. Cinta is coupling. Cinta is sharing everything. Cinta is going out together. Cinta is holding hand, etc. Ego instead of throwing tantrums over them, the initiative on helping them to define,,cinta in right ways are of the greatest concern actually. Cinta, is after married.


Created by : Rosa Elvira
Source : Renungan manusiawi sebagai wanita dan hamba Allah tentang sosok impian seorang laki-laki sejati.

Scroll Up and dOwn

Sociofluid