Aku Seorang Penjudi Handal

Kamis, 01 April 2010


-Life is about Gambling-


Sebenernya, banyak ngga sih, orang yang nyadar kalo hidup yang lagi dijalanin ini ga ubahnya sebuah meja judi?

Yang membuat para pelaku kehidupan, sometimes win but also get lost. Terkadang menang, kadang kalah.

Aku adalah salah satunya.

Perputaran hidup membuat manusia melakukan apa saja untuk ‘mengisi’ rentangan waktu di dunia ini. Dan setiap orang, memiliki apa yang namanya cita-cita, harapan, cinta, ambisi, impian, atau singkatnya visi misi. Aku percaya semua orang punya itu. Tapi sayang sekali, ngga ada yang serba klise di dunia ini. Setiap tujuan maupun keinginan selalu membutuhkan yang namanya tindakan. Dalam tindakan tersebut ada yang namanya berpikir, berusaha, berkorban, menerima, pasrah, mengamati, dan semua kegiatan yang kita lakuin untuk mencapai visi misi itu.

Aku punya sebuah mimpi, yang begitu aku idamkan sejak lama. Yang mana impian itu kadang bikin aku termotivasi, hingga frustasi. Kadang aku semangat, kadang juga bosan. tapi terkadang, aku juga mempertaruhkan semuanya untuk mendapatkan apa yang udah aku impiin itu. Walau yang harus aku lalui itu berat, namun yang kayak aku bilang tadi. Kita butuh pengorbanan untuk mendapatkan apa yg kita inginkan. Di saat keinginan itu timbul, di situlah kita jadi seorang ’penjudi’.

Ada sebuah kisah yang ngga pernah aku lupain mpe saat ini.

Waktu itu, umurku 18. Di saat temen-temen dekatku sibuk dengan kuliah mereka, aku malah sibuk bekerja sebagai seorang SPG (Sales Promotion Girl) sebuah produk detergen terkenal. Walau saat itu aku nggak menyukai pekerjaanku, but my mind gotta think about the money.

Selama tiga hari dalam sebulan, tepatnya waktu hari-hari week end seperti Jumat, Sabtu, Minggu, aku selalu stay di sebuah supermarket dan harus berdiri selama berjam-jam di sana. Menawarkan semua variant detergent kepada para pengunjung yang kadang-kadang malah nganggep aku nggak ada. Dan dalam tiga hari itu aku harus berkutat dengan rambut yang wajib di harnet super rapi, make up berat, dan sepatu hitam ber high heels, dan satu stel kostum warna pink menyala dengan tulisan mencolok yang aku benci banget. Itu belum cukup. Ditambah lagi segepok kertas kusut berisi daftar penjualan setiap hari yang harus aku isi dengan teliti, omelan Supervisor paling menyakitkan, dan juga anemia. Karena dulu sering kelelahan dan makan ngga teratur, aku rawan banget kena anemia.


Harus kuakui, waktu itu adalah masa-masa paling sulit yang pernah aku lalui.


Sometimes I can’t figure it out and I want asking to God… Do I can overcome those? Has any people out there feels the same like me? When you have your own dreams about future but in the same time you trough the different way? How it feels? Your hope just hang on, without certainty… You’ll feel exhausted and badly, you may get lost…and maybe surrender.. suddenly you feel so aloof and desperate and it happen when your friend doesn’t. Wow,,, come on, now we talk about what life it is…I mean, struggle.


But sooner, I realize that I haven’t any reason to undefended. I should to receiving all of God ever gave me, although it’s a bitter thing I got.


Sampe akhirnya, aku join lomba cerpen di sebuah majalah remaja yang mana hadiahnya itu 3 jeti, sebuah hp 3G yang masih barang ‘baru’ saat itu, dan sejumlah hadiah sponsor lainnya.

Bagus. Deadline smakin mendekat dan aku ngga punya duit samasekali buat ngirim cerpenku via pengiriman kilat. One Night Service dari Malang ke Jakarta cukup mahal, dan aku sadar, hari gajianku masih lama. Wait! Ngomongin ONS rasanya terlalu jauh. Padahal aku sendiri belom bikin satu cerpen pun. Apalagi saat itu temanya tentang Trade Fair. Atau perdagangan yang adil. Hello? Are you kidding? It is out of my field!

Hanya tinggal seminggu tenggang waktuku. Sedangkan aku blom ngarang sekalimat pun. Ya, aku inget banget waktu itu bulan puasa. Dan mungkin karena berkah bulan ramadhan melingkupi siapa saja yang berpuasa, di sebuah siang yang terik waktu aku termenung di depan computer dan ngga tau mau nulis apa, akhirnya Allah memberi semacam ‘ilham’ untukku. Bayangin! Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, cerpenku akhirnya selesai dengan judul KETIKA.

Tugasku tinggal satu. Yaitu ngirim cerpen itu sesegera mungkin ke redaksi. Tapi gimana caranya??????

Di sinilah aku ngerasa hidup ibarat meja judi tempat para manusia mempertaruhkan apa yang dia punya demi hidupnya.

Aku hanya punya satu harta yang memungkinkan masih laku dijual. Yaitu sebuah handphone kuno merk Siemens C45 yang kalo diperhatiin mirip mendol. Dengan kenekatan tingkat tinggi, aku berangkat ke salah satu pusat jual beli HP untuk ngejual hp mendol itu, walaupun nantinya mungkin aku akan diejek habis-habisan sama yg punya counter. Tapi sekali lagi aku ini seorang petarung. Yang mau ngga mau harus menyerahkan apa yang aku punyai untuk sebuah permainan kehidupan. Alhamdulillah, negosiasi yang ngga terlalu panjang akhirnya membuat hp malang itu laku 50.000 rupiah. Bukan main senengnya hatiku saat itu.

Akhirnya, aku berhasil mengirim cerpenku itu ke redaksi dan merasa seperti terkena serangan jantung ketika seorang redaktur mengatakan, aku berhasil menyabet Juara 2, dari 2000 cerpen yang masuk di meja redaksi.

Sujud syukurku waktu itu ngga henti untuk ngerayain kemenanganku sebagai petarung. Dan akhirnya aku merasa, akulah penjudi sejati yang mempertaruhkan uang senilai 50.000 dan akhirnya berhasil memenangkan 2 jeti beserta 1 box besar hadiah sponsor.

Beginilah kehidupan itu berjalan. Kita hanya harus mengorbankan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Bertaruh untuk memperoleh 10, 100, bahkan yang 1000 kali lipat lagi dari taruhan kita. Because that’s the way our life should be . . . Jadilah petarung handal, dan menangkan semua permainan fana ini.

0 komentar:

Scroll Up and dOwn

Sociofluid