Beberapa hari yang lalu, waktu aku mau mandi, tiba-tiba aku dihadang oleh seekor cacing gendut. Cacing buronan yang udah aku incer selama berhari-hari karena mengganggu ketentramnku di kamar mandi.
Seluruh dunia tau kalo aku ANTI bin jijik alias benci sama hewan yg satu ini. Selain karena bentuknya yang panjang konsisten, udah gitu warnanya gag jelas gt (merah bukan, coklat juga bukan) eugh pokonya jijay banget deh!
Begitu tau ada cacing yang lagi ngetem di atas ubin gitu, aku langsung il-feel dan gag jadi mandi. Secara, lumayan panjang dan bikin aku langsung teriak-teriak lebay. Rasanya kayak serangan jantung siang itu.
“ARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHH!!!!!!
I HATE WORMIE!!!!!!!!!!!!!”
Tapi tiba-tiba, otakku merespon sebuah rencana jahat yang terlintas akibat dendamku sama cacing jelek itu.
Yang jelas, rencanaku itu lebih kejam dan sadis dari mutilasi. Kok mutilasi, megang aja amit-amit.
TING! (ada lampu 5 watt yang nyala di atas kepalaku)
Ideku ini pasti berhasil membuat cacing kampret itu kapok 7 turunan untuk nongol di kamar mandi.
Secepat kilat aku lari ke dapur dan ngambil setoples garam. HAHAHAHAHAHA!
Kau akan mati tersiksa wahai cacing yang
Begitu sampe di depan kamar mandi, tau-tau cacing itu HILANG tanpa jejak. Buntutnya aja nggak keliatan (lagian aku juga ga bisa bedain mana kepala mana buntut^^”)
Huh, dasar cacing polos! Emang dia pikir aku bakal nyerah apa? Aku bakal nunggu sampe dia keluar dari persembunyiannya.
5 menit berlalu…
Si cacing belum nongol.
10 menit…
Mungkin dia udah punya firasat, sesuatu yang buruk akan menimpanya.
15 menit…
Aku masih optimis, cacing itu akan segera menemui ajalnya.
17 menit…
Sudah mulai bosan dan semakin dendam. Cacing buronan itu udah berkali-kali mempermainkan aku kayak gini.
Dalam hati aku bersumpah, akan menjadikan cacing kampung itu sebagai umpan ikan piranha yang lebih ganas dari spesies sungai Amazon. Awas kau cacing keparat, suatu hari aku akan menangkapmu!!!
to be continued . . .
0 komentar:
Posting Komentar